Mungkin udah tradisi didikan orang tua dari kecil yang selalu mengharuskan kami berdua (saya dan kakak saya) untuk menghabiskan makanan kami sehari-harinya. Waktu itu sayapun masih cuek-cuek aja, kadang karena perut yang udah kenyang akhirnya mesti sembunyi-sembunyi membuang makanan yang tersisa pada ayam-ayam belakang rumah yang siaga untuk menyambut setiap butir nasi yang tertumpah. Engga sering sih, karena ketika kami makan bersama dalam satu meja, kami benar-benar tidak berkutik dan mau tak mau harus menghabiskan makanan kami. bisa dihutung dalam sebulan paling sekali dua kali aja saya harus menyisakan nasi dipiring untuk dberikan pada ayam-ayam kelaparan.
Dan hal itupun sekarang saya terapkan untuk Zu dan Al. Dengan alasan kasihan lho, ada beberapa orang yang kurang beruntung untuk makan aja susah lho. Terkadang mereka dalam seharipun engga makan apa-apa karena memang rejeki mereka tidak cukup untuk membeli makanan. (Susah amat kadang membuat mereka bener-bener ikut merasakan rasa itu... namanya juga anak-anak... Kalau engga dhabiskan makanannya nanti jadinya kurang bersyukur lho. Allah udah ngasih rejeki makanan buat mas Zu sama dek Al masak engga dihabiskan.
Dan, merekapun akan berusaha untuk menghabiskan makanan mereka meskipun kadang kalau pas makan sendiri memerlukan waktu minimal 1 jam untuk menghabiskannya. tapi biarkanlah, biarkan mereka belajar untuk bersyukur dan bertanggung jawab untuk menghabiskan makanan mereka.
Beberapa hari kemaren ada cerita...
Fulan mempunya anak 5 dengan usia 17 tahun, 12 tahun, 9 tahun, 7 tahun, dan 3 tahun.
Fulan ini mempunyai 1 istri yang kerja serabutan...
dan Fulan ini pekerjaannya sopir bis pocokan (kalau pas dibutuhkan aja nyopirnya). Jadi ketika bis engga jalan / tidak membutuhkan sopir cadangan ya sudah, Fulan engga nyopir dan pemasukan keluarga pun berkurang. Dalam sebulan kadang bisa nyopir sekali atau dua kali aja dengan pemasukan sekitar 200 ribu setiap perjalanan / setiap nyopir.
Alhamdulillah anak pertama sudah berstatus sebagai pekerja. Lumayanlah, paling engga beban keluarga untuk dihidupi berkurang 1... masih ada 4 yang harus dipikirkan.
Keempat bocah yang masih kecil ini... terkadang harus menahan keinginan mereka untuk jajan. Untuk makan telorpun juga sama. Jadi, terkadang mereka akan mencampur telor dengan banyak tepung biar bisa dibagi sejumlah anggota keluarga. Makan telurpun ketika ada rejeki berlebih. Terkadang Fulan / Fulanah istrinya bisa membeli bakso seharga 2000 rupiah untuk makan sesorean bocah-bocah. Lumayanlah didaerah bakso 2000 perak untuk mengurangi kepengenan bocah2 dengan bakso. MasyaAllah, dengerinnya bener-bener trenyuh sekali...
Jadinya sekarang-sekarang ini berusaha untuk lebih baik lagi untuk berbagi... untuk hidup berkecukupan dengan apapun. makanan secukupnya, pakaian secukupnya. Ya Allah, masih banyak diluar sana kehidupan yang lebih berat dari fulan dan fulannah. Bunda mendidik mas Zu dan dek Al untuk selalu bersyukur dengan mengharuskan menghabiskan setiap makanan yang sudah kalian ambil. Biarkanlah bunda lebih tegas untuk kehidupan kalian kedepannya ya Nak. Biar kalian bisa lebih menghargai apapun itu.
Biarkanlah terkadang bunda harus menahan kalian untuk membeli mainan atau hanya sekedar memegang dan memandangi mainan lucu-lucu ketika kita jalan-jalan dipasar minggu ataupun di mall. Bukan karena bunda engga mau membelikan, tapi karena emang harganya yang mahal... wkwkwk... Karena engga semua yang terlihat...engga semua yang dipengeni harus direalisasikan Nak. Terkadang, pastinya bunda juga toh akan membelikan mainan buat kalian kok. tapi engga semuanya.
Alhamdulillah sampe sekarang, misal jalan-jalan... Kitapun nyaman deh jadinya. boleh lihat-lihat aja... atau pegang-pegang aja ya. Mainan mas Zu sama dek Al sudah banyak dirumah. Lagian kadang suka lupa juga untuk merapikannya.
Happy parenting...
Komentar
Posting Komentar